HP Sebagai Sarana Pemicu Bom
Komhukum (Jakarta) - Aksi Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Jakarta Timur Kompol. Dodi Rahmawan yang mencoba menjinakkan paket berisi bom sangat beresiko. Beruntung ia hanya terluka , walaupun nyaris kehilangan tangannya. Ini karena upaya menjinakkan bom tanpa standar prosedur yang benar tidak hanya mengancam jiwa petugas namun juga warga di sekitar sumber ledakan.
Dalam tayangan video yang diperoleh wartawan yang meliput kejadian, memperlihatkan bahwa polisi tanpa peralatan yang memadai mencoba membuka buku yang dimodifikasi menjadi cassing bom. Langkah fatal ketika Kompol Dodi menarik satu lipatan kertas terpisah yang mencurigakan yang ternyata adalah pemicu atau trigger bom.“Boom!!” Maka meledaklah bom yang ditujukan kepada Ulil tersebut.
Merunut pada teror-teror bom sebelumnya, teroris telah mampu membuat beberapa model pemicu bom.
1. Picu Getaran Radio Handy Talkie jenis ini pertama kali dipakai ketika kelompok Faturrahman Al Qozi dan kelompok Tengulun Ali Imron dkk, meledakan rumah tinggal Duta Besar Filipina di Jalan Imam Bonjol Jakarta, Juli 2000. Bom dengan daya ledak tinggi high explosive diledakan dengan menggunakan radio handy talky yang dipasang di rangkaian bom di dalam mobil jeep jimmy yang diparkir di luar rumah duta besar Leonides Caday.
2. Pemicu dengan Sinyal Handphone
Rangkaian bom dengan sinyal HP pertama kali digunakan dalam rangkaian bom oleh Kelompok Hambali, Dr Azahari dan Imam Samudra di 9 kota di Indonesia. Pertama kali rangkaian bom ini diketahui menggunakan pemantik HP setelah Hambali menelpon koleganya Jabir. Ternyata Jabir salah memasukan sim card dan meledaklah bom di bengkel H. Aceng di Jalan Terusan Jakarta Bandung sore 24 Desember 2000.
3. Jam Wekker Sebagai Pemicu
Ledakan di 9 kota pada Malam Natal 2000, dari Medan, Batam, Jakarta, Ciamis, Mojokerto, Bandung, Lombok Nusa Tenggara Barat, menggunakan timmer jam. Ini diketahui setelah ditemukan satu jenis batu batterai 9 volt, merek yang sama yang beredar di Malaysia. Semua bom meledak pada pukul 21.00 WIB kecuali, bom di Lombok yang maju satu jam sebelum jam 21.00 WIB. Di sini terlihat bahwa perintah serempak jam 21.00, padahal Lombok masuk satu jam lebih awal karena termasuk waktu Indonesia bagian tengah (WITA).
4. Tombol Swicher
Tombol pemantik biasanya dipakai dalam jenis bom rompi. Tombol berupa switcher ke rangkaian detonator dipantik dengan memencet tombol. Kelompok Dr Azahari dan Noordin M Top memiliki jenis bom rompi, seperti temuan di Batu Malang.
5. Push, Pull dan Release
Push atau dorong dan pull tarik serta release atau lepas biasa digunakan sebagai pemicu bom paket. Dalam kasus bom yang meledak di halaman Kantor Berita 68 H, adalah bom paket yang menggunakan picu tarikan. Pull picu juga digunakan pada bom mobil dengan pemicu handle pintu mobil. Pull atau tarik juga pernah digunakan ketika Asmar Latin Sani meledakkan bom di Hotel JW Marriott Kuningan yang pertama, pemicunya menggunakan tarikan rem tangan mobil kijang. Sedangkan release atau melepas atau menggeser biasanya digunakan pada jenis bom tas menggunakan media ressleting sebagai pemicu bom. Atau juga pada bom surat yang digunakan agen Mossad Israel dalam menghabisi kelompok Black September.
Seorang perwira polisi yang memiliki pengalaman yang luas di bidang aksi-aksi peledakan menyebut, aksi bom di halaman kantor komunitas Teater Utan Kayu (TUK) ini, harus menjadi perhatian serius. “Karena kelompok penebar teror bisa jadi menggeser modus dengan memilih target individu dari sebelumnya target yang bersifat massal,” ujar sumber yang tak mau disebut namanya ini. (K-3)